TEMPOCO, Jakarta-Selain pusat pendidikan bagi calon prajurit Tentara Nasional Indonesia atau TNI, institusi pertahanan di Indonesia ini juga memiliki sekolah bagi para perwira TNI yang bernama Sekolah Staf dan Komando atau dikenal Sesko.. Tiga Jenis Pendidikan . Merujuk Peraturan Panglima TNI Nomor 28 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tugas Sesko TNI, tujuan utama dari Sesko adalah Kuncijawaban buku Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti kelas 9 halaman 22 23 soal pilihan ganda, Bab 1. Kamis, 4 Agustus 2022; Cari. Hari Akhir Disebut Juga dengan Hari TRIBUNMEDAN.COM, MEDAN- Pemko Medan melalui Dinas Pendidikan Kota Medan menggelar kegiatan pelatihan pembuatan media pembelajaran berbasis Information Technologi (IT)bagi guru Pendidikan Usia Dini (PAUD) dan guru Pendidikan Non Formal (PNF) se - Kota Medan di Hotel Madani, Selasa (2/8/2022).. Diharapkan kegiatan ini, dapat mewujudkan Visi dan misi Wali Kota Medan Bobby Nasution khususnya di Tujuanpendidikan keluarga adalah memelihara, melindungi anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Keluarga merupakan kesatuan hidup bersama yang utama dikenal oleh anak sehingga disebut lingkungan pendidikan utama. Proses pendidikan awal di mulai sejak dalam kandungan. Daritabel di atas nampak bahwa sejak triwulan akhir tahun 2005 sampai dengan tahun 2008, pemerintah telah mengeluarkan dana BOS yang dampaknya diharapkan bisa membantu meringankan beban pendidikan bagi anak dari keluarga miskin ini tidak kurang dari Rp. ,-, disamping juga membantu meringankan beban pendidikan bagi anak lainnya Selainitu, keluarga juga diharapkan dapat mencetak anak agar mempunyai kepribadian yang nantinya dapat dikembangkan dalam lembaga-lembaga berikutnya, sehingga wewenang lembaga-lembaga tersebut tidak diperkenankan mengubah apa yang telah dimilikinya, tetapi cukup dengan mengkombinasikan antara pendidikan keluarga dengan pendidikan lembaga tersebut, sehingga masjid, pondok pesantren, dan . Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Lina HandayaniMahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara Pendidikan keluarga dipandang sebagai pendidikan pertama dan utama. Dikatakan pendidikan pertama karena bayi atau anak itu pertama kali berkenalan dengan lingkungan serta mendapat pembinaan pada keluarga. Pendidikan pertama ini dapat dipandang sebagai peletak fondasi pengembangan-pengembangan berikutnya. Pendidik perlu bertindak secara hati-hati pada pendidikan pertama ini. Kalau tidak, bisa memberikan dampak yang kurang baik pada perkembangan-perkembangan sifat pekanya perkembangan-perkembangan pada awal ini membuat pendidikan ini dikatakan sebagai pendidikan yang utama. Kepekaan perkembangan-perkembangan awal ini tidak hanya menyangkut psikologi, tetapi juga fisiologi. Dengan kata lain pertumbuhan jasmani pada fase-fase awal ini juga sangat peka. Memang pertumbuhan jasmani dan perkembangan jiwa anak-anak berkaitan satu dengan yang lain. Kalau dalam kedokteran ada dalil yang mengatakan kualitas makanan yang diberikan kepada anak balita akan menentukan kualitas kecerdasan atau kemampuan mereka kelak, maka dalam pendidikan ada konsep yang mengatakan bagaimana perlakuan terhadap anak 4 tahun ke bawah seperti itulah jadinya anak itu setelah dewasa. Dari dalil itu muncul himbauan agar keluarga member makanan bergizi kepada anak balita agar otaknya tumbuh dengan sempurna. Begitu pula konsep di atas membuat para orang tua memperlakukan anak-anak kecil itu dengan baik, penuh kasih saying agar anak itu menjadi orang yang berguna kelak. Namun informasi yang diterima oleh orang tua berat sebelah. Informasi tentang pentingnya memberikan makanan bergizi kepada balita lebih banyak diterima dibandingkan dengan informasi tentang pentingnya memperlakukan anak-anak dengan baik. Buktinya kini semakin banyak anak sehat dan cerdas, tetapi masih banyak sekali anak-anak nakal yang membuat berbagai kerusuhan. Kenakalan ini sebagian besar disebabkan oleh perlakuan lingkungan yang tidak benar, antara lain terlalu keras atau disiplin kaku, kurang diperhatikan, kurang kasih sayang, terlalu diberi kebebasan, dan di atas tampaknya bertalian dengan kurang intensifnya pengembangan pendidikan keluarga itu sendiri. Pendidikan keluarga, memang belum ditangani seperti pada pendidikan jalur sekolah. Sehingga masuk akal kalau sebagian besar keluarga tidak paham tentang cara mendidik anak-anak dengan benar. Walaupun isi pendidikan itu sebagian besar ditekankan pada pengembangan afeksi, seperti kerajinan, kejujuran, kesetiaan, toleransi, disiplin, gotong royong, keimanan, ketakwaan, menghormati orang tua, bisa berterima kasih, suka menolong, dan sebagainya. 1 2 3 Lihat Humaniora Selengkapnya Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pendidikan informal yang biasa juga disebut dengan nama pendidikan keluarga, dimana pendidikan dimulai dari lingkungan keluarga. Keluarga merupakan lingkungan pedidikan pertama dan utama dalam perkembangan karakter anak. Menurut Selo Soemarjan, keluarga adalah sebagai kelompok inti, sebab keluarga adalah masyarakat pendidikan pertama dan bersifat orangtua pasti menginginkan anaknya memiliki karakter dan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-harinya. Harapan dan keinginan dari orangtua sering kali tidak diiringi dengan tindakan dan usaha dalam membangun karakter anak ke arah yang diharapkan atau yang diinginkan. Sedangkan setiap orang anak membutuhkan bimbingan dan arahan dari orangtua dalam setiap aktivitas yang dikerjakan Tarakiawan 2001, pendidikan yang mungkin terjadi di dalam keluarga, yaitu pendidikan iman, pendidikan moral, pendidikan fisik, pendidikan intelektual, pendidikan psikis, pendidikan sosial, dan pendidikan seksual. Menurut Abdullah Nashih Ulwan 2001, metode-metode didalam pendidikan keluarga yang banyak berpengaruh terhadap anak, terdiri dari pendidikan dengan keteladanan, pendidikan dengan adat kebiasaan, pendidikan dengan nasihat, pendidikan dengan pengawasan, dan pendidikan dengan hukuman sanksi. Di dalam kehidupan sehari-hari, perilaku yang dilakukan anak lebih banyak diperoleh dari meniru. Saat orangtua melakukan ibadah sholat, baik disengaja maupun tidak disengaja, anak akan melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan oleh orangtuanya. Apa yang anak tersebut lakukan adalah sebagai hasil dari melihat perbuatan orangtuanya. Sifat peniru yang telah dimiliki anak merupakan salah satu modal positif dan potensial dalam pendidikan terhadap anak. Jika didalam keluarga anak mendapatkan pendidikan karakter yang baik, maka anak tersebut juga akan berkarakter baik dalam tahapan selanjutnya. Hal ini merupakan bukti bahwa lingkungan keluarga memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan anak dimasa saat ini dan di masa mendatang. Lihat Pendidikan Selengkapnya Jalur pendidikan keluarga dan lingkungan disebut juga sebagai pendidikan? formal nonformal informal karakter kokurikuler Jawaban yang benar adalah C. informal. Dilansir dari Ensiklopedia, jalur pendidikan keluarga dan lingkungan disebut juga sebagai pendidikan informal. [irp] Pembahasan dan Penjelasan Menurut saya jawaban A. formal adalah jawaban yang kurang tepat, karena sudah terlihat jelas antara pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sama sekali. Menurut saya jawaban B. nonformal adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut lebih tepat kalau dipakai untuk pertanyaan lain. [irp] Menurut saya jawaban C. informal adalah jawaban yang paling benar, bisa dibuktikan dari buku bacaan dan informasi yang ada di google. Menurut saya jawaban D. karakter adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut sudah melenceng dari apa yang ditanyakan. [irp] Menurut saya jawaban E. kokurikuler adalah jawaban salah, karena setelah saya coba cari di google, jawaban ini lebih cocok untuk pertanyaan lain. Kesimpulan Dari penjelasan dan pembahasan serta pilihan diatas, saya bisa menyimpulkan bahwa jawaban yang paling benar adalah C. informal. [irp] Jika anda masih punya pertanyaan lain atau ingin menanyakan sesuatu bisa tulis di kolom kometar dibawah. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pendidikan karakter merupakan aspek penting dalam pembentukan pribadi anak yang berkualitas. Di dalam lingkup keluarga, peran orang tua atau anggota keluarga lainnya memiliki dampak yang sangat signifikan dalam membentuk karakter anak. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menyadari dan memahami betapa pentingnya pendidikan karakter di lingkungan saya keluarga adalah lingkungan pertama di mana anak memperoleh nilai-nilai, etika, dan perilaku yang mendasar. Orang tua adalah contoh pertama yang dilihat anak, dan mereka berperan sebagai model bagi perilaku dan sikap yang diadopsi oleh anak. Dalam lingkungan keluarga yang hangat dan mendukung, anak dapat belajar tentang kejujuran, kejuangan, kerja keras, empati, dan nilai-nilai lainnya yang penting dalam pembentukan merupakan tempat di mana anak-anak dapat belajar untuk berinteraksi sosial dengan orang lain. Dalam lingkungan keluarga, anak-anak dapat belajar tentang pentingnya kerjasama, saling menghargai, dan komunikasi yang efektif. Melalui interaksi sehari-hari dengan anggota keluarga, anak-anak dapat memperoleh keterampilan sosial yang esensial dalam membentuk karakter yang baik. keluarga pun memiliki peran penting dalam memberikan nilai-nilai moral kepada anak-anak. Dalam lingkungan keluarga yang stabil, anak-anak dapat memahami dan menerapkan prinsip-prinsip moral seperti integritas, rasa hormat, tanggung jawab, dan keadilan. Orang tua dapat mengajarkan anak-anak tentang pentingnya bertindak dengan jujur, memegang janji, dan memperlakukan orang lain dengan pendidikan karakter di lingkungan keluarga juga memerlukan kesadaran dan keterlibatan yang aktif dari orang tua. Orang tua harus menjadi panutan dan memberikan dorongan positif kepada anak-anak dalam pengembangan karakter mereka. Selain itu, komunikasi yang terbuka dan penuh kasih sayang antara anggota keluarga juga sangat penting dalam membangun fondasi yang kuat untuk pendidikan disimpulkan bahwa pendidikan karakter di lingkungan keluarga memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk pribadi anak yang baik. Keluarga menjadi landasan utama di mana anak-anak memperoleh nilai-nilai, etika, dan perilaku yang mendasar. Oleh karena itu, orang tua perlu memahami peran dan tanggung jawab mereka dalam memperkuat pendidikan karakter anak-anak mereka. Dengan melibatkan diri secara aktif dan memberikan contoh yang baik, keluarga dapat menjadi basis yang kuat dalam membentuk karakter anak-anak dan membantu mereka tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab, jujur, dan yang dapat dilakukan orang tua untuk melakukan pendidikan karakter kepada anak dengan cara yang pertama dengan melakukan komunikasi terbuka kepada anak, orang tua dapat memiliki komunikasi yang terbuka dalam keluarga memungkinkan diskusi tentang nilai-nilai moral dan pentingnya pendidikan karakter. Diskusi ini dapat membantu mengklarifikasi nilai-nilai keluarga dan membangun pemahaman kedua dengan mencontohkan perilaku yang baik,orang tua dan anggota keluarga perlu menjadi contoh yang baik dalam perilaku dan tindakan sehari-hari, memperlihatkan nilai-nilai moral yang ingin diajarkan kepada anak-anak. Yang ketiga dengan adanya Pembelajaran melalui cerita dan pengalaman yang dilakukan dengan cerita akan pengalaman, atau contoh kehidupan nyata dapat membantu anak-anak memahami dan menginternalisasi nilai-nilai moral dengan cara yang lebih yang terakhir dengan melakukan pembelajaran berbasis tugas yang dimana orang tua harus memberikan tanggung jawab dan tugas kepada anak-anak dalam lingkungan keluarga dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan seperti tanggung jawab, kerja keras, dan ketekunan. Lihat Lyfe Selengkapnya Pengertian Pendidikan Keluarga Wawasan Pendidikan. Istilah keluarga dan pendidikan adalah dua istilah yang tidak bisa dipisahkan. Sebab, di mana ada keluarga di situ ada pendidikan. Di mana ada orang tua di situ ada anak yang merupakan suatu kemestian dalam keluarga. Ketika ada orang tua yang ingin mendidik anaknya, maka pada waktu yang sama ada anak yang menghajatkan pendidikan dari orang tua. Dari sini muncullah istilah “pendidikan keluarga”. Artinya, pendidikan yang berlangsung dalam keluarga yang dilaksanakan oleh orang tua sebagai tugas dan tanggung jawabnya dalam mendidik anak dalam keluarga. Dengan demikian, pendidikan keluarga adalah usaha sadar yang dilakukan orang tua, karena mereka pada umumnya merasa terpanggil secara naluriah untuk membimbing dan mengarahkan, pengendali dan pembimbing direction control and guidance, konservatif mewariskan dan mempertahankan cita-citanya, dan progressive membekali dan mengembangkan pengetahuan nilai dan ketrampilan bagi putra-putri mereka sehingga mampu menghadapi tantangan hidup di masa datang. Selain itu, keluarga juga diharapkan dapat mencetak anak agar mempunyai kepribadian yang nantinya dapat dikembangkan dalam lembaga-lembaga berikutnya, sehingga wewenang lembaga-lembaga tersebut tidak diperkenankan mengubah apa yang telah dimilikinya, tetapi cukup dengan mengkombinasikan antara pendidikan keluarga dengan pendidikan lembaga tersebut, sehingga masjid, pondok pesantren, dan sekolah merupakan tempat peralihan dari pendidikan keluarga. Namun demikian, orang tua perlu bekerja sama dengan pusat pendidikan tempat mengamanatkan pendidikan anaknya, seperti belajar di madrasah dan pesantren. Tujuannya adalah tetap memantau setiap perkembangan pendidikan anak dan tidak melepaskan tanggungjawab. Hal itu merupakan bentuk tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya apabila ia sendiri merasa tidak mampu untuk memberikan pendidikan yang dibutuhkan anaknya. Pada posisi ini fungsi dan peran madrasah, pesantren, di pusat pendidikan lainnya hanya membantu kelanjutan pendidikan yang telah dimulai dalam keluarga. Artinya, bahwa tanggung jawab pendidikan anak pada akhirnya kembali kepada orang tua juga. Hal itu dikarenakan orang tua adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Bagi anak, orang tua adalah model yang harus ditiru dan diteladani. Sebagai model, orang tua seharusnya memberikan contoh yang terbaik bagi anak dalam keluarga. Sikap dan perilaku orang tua harus mencerminkan akhlak yang mulia. Oleh karena itu, Islam mengajarkan kepada orang tua agar selalu mengajarkan sesuatu yang baik-baik saja kepada anak mereka. Pembentukan budi pekerti yang baik adalah tujuan utama dalam pendidikan Islam. Karena dengan budi pekerti itulah tercermin pribadi yang mulia. Sedangkan pribadi yang mulia itu adalah pribadi yang utama yang ingin dicapai dalam mendidik anak dalam keluarga. Namun sayangnya, tidak semua orang tua dapat melakukannya. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya, misalnya orang tua yang sibuk dan bekerja keras siang malam dalam hidupnya untuk memenuhi kebutuhan materi anakanaknya, waktunya dihabiskan di luar rumah, jauh dari keluarga, tidak sempat mengawasi perkembangan anaknya, dan bahkan tidak punya waktu untuk memberikan bimbingan, sehingga pendidikan akhlak bagi anak-anaknya terabaikan. Dalam kasuistik tertentu sering ditemukan sikap dan perilaku orang tua yang keliru dalam memperlakukan anak. Misalnya, orang tua membiarkan anak-anaknya nongkrong di jalan dan begadang hingga larut malam. Mereka menghabiskan waktunya hanya untuk bermain atau guyon, mengejek satu sama lain, dan saling berlomba melempar kata-kata kotor. Padahal semestinya waktu-waktu tersebut bisa dimanfaatkan oleh orang tua untuk mendidik anak-anaknya untuk mengaji Al-Qur’an di rumah. Meski orang tua memiliki kemampuan yang kurang baik dalam membaca Al-Qur’an, tetapi upaya orang tua itu dapat mempersempit ruang gerak anak untuk hal-hal yang kurang baik dalam pandangan agama. Dalam keluarga yang broken home sering ditemukan seorang anak yang kehilangan keteladanan. Orang tua yang diharapkan oleh anaknya sebagai teladan, ternyata belum mampu memperlihatkan sikap dan perilaku yang baik. Akhirnya anak kecewa terhadap orang tuanya. Anak merasa resah dan gelisah. Mereka tidak betah tinggal di rumah. Keteduhan dan ketenangan merupakan hal yang langka bagi anak. Hilangnya keteladanan dari orang tua yang dirasakan anak memberikan peluang bagi anak untuk mencari figur yang lain sebagai tumpuan harapan untuk berbagi perasaan dalam duka dan lara. Di luar rumah, anak mencari teman yang dianggapnya dapat memahami dirinya; perasaan dan keinginannya. Kegoncangan jiwa anak ini tidak jarang dimanfaatkan oleh anak-anak nakal untuk menyeretnya ke dalam sikap dan perilaku jahiliyah. Sebagian besar kelompok mereka tidak hanya sering mengganggu ketenangan orang lain seperti melakukan pencurian atau perkelahian, tetapi juga tidak sedikit yang terlibat dalam penggunaan obat-obat terlarang atau narkoba. Pergi ke tempat-tempat hiburan merupakan kebiasaan mereka. Menggoda wanita muda atau pergi ke tempat prostitusi adalah hal yang biasa dalam pandangan mereka. Sikap dan perilaku anak yang asosial dan amoral seperti di atas tidak bisa dialamatkan kepada keluarga miskin, bisa saja datang dari keluarga kaya. Di kotakota besar misalnya, sikap dan perilaku anak yang asosial dan amoral justru datang dari keluarga kaya yang memiliki kerawanan hubungan dalam keluarga. Ayah, ibu dan anak sangat jarang bertemu dalam rumah. Ayah atau ibu sibuk dengan tugas mereka masing-masing, tidak mau tahu kehidupan anak. Kesunyian rumah memberikan peluang bagi anak untuk pergi mencari tempat-tempat lain atau apa saja yang dapat memberikan keteduhan dan ketenangan dalam kegalauan batin. Akhirnya, apa pun alasannya, mendidik anak adalah tanggung jawab orang tua dalam keluarga. Oleh karena itu, sesibuk apa pun pekerjaan yang harus diselesaikan, meluangkan waktu demi pendidikan anak adalah lebih baik. Bukankah orang tua yang bijaksana adalah orang tua yang lebih mendahulukan pendidikan anak daripada mengurusi pekerjaan siang dan malam. Sumber UIN Walisongo Faisal Nurhidayat

pendidikan keluarga disebut juga pendidikan